"And I will always remember you as 
you are right now to me
And I will always remember you now,
remember you now"

Pikiran seseorang dapat dikatakan selalu mendapat drive dari lingkungan sekitar. Kenapa? Manusia itu zoon politicon, manusia adalah konstruksi sosial, manusia tidak dapat lepas dari lingkup sosialnya. Karena pola pemikiran diatas, maka, hal-hal yang tertulis disini bersifat relatif, dari konstruksi dan lingkup sosial mana tulisan ini ditulis dan nantinya akan dicerna. Sesimple seperti melihat dari isi tulisan yang sok dalem ini, menganggap bahwa penulis melodramatic, atau bahkan menganggap bahwa penulis adalah orang yang sok pintar. Semua diterima, karena, you are what you consume.

Beruntung sekali Mayday Parade tergabung dalam album Punk Goes Accoustic 2. Three Cheers for Five Years ada di track 10, disandingkan dengan beberapa lagu lain dari band-band sekelas Alesana, +44, The All-American Reject. Beruntung karena aransemen musik lagu tersebut jauh lebih baik daripada rilisan aslinya yang diangkat oleh Fearless Record. Setidaknya, pemikiran tersebut dilandasi dari ketersambungan makna lirik, dengan pilihan komposisi aransemen lagu, seakan lebih click. Lebih click lagi bagi orang-orang yang mengalami social anxiety yang tinggi, atau baru-baru saja merelakan hubungan yang sudah terjalin lama harus berakhir.

Merelakan hubungan, atau selesai memupuk impian yang tak berbuah jadi alasan awal pertemuan dengan lagu ini.

“Jal koe ngrungokne lagu Mayday Parade – Three Cheers for Five years, rasane mesti pengen mangan sego koyor. Imbuh!” (Coba kamu dengarkan lagu Mayday Parade – Three Cheers for Five Years, rasanya pasti pengen makan nasi lemak. Tambah lagi!)

Begitu kiranya kata-kata yang terucap. Walaupun saran ini masih belum jelas, untuk pain relief atau justru menambah rasa sakitnya.

Lantas, drive apa yang membuat lagu ini pantas untuk direview? Kenapa harus repot untuk dituliskan, dan menyumbangkan pikiran terhadap hal-hal yang mengingatkan pada masa pertanyaan-pertanyaan menuntut jawab. Drive paling pas, adalah rasa bertanggung jawab atas ketidakwarasan dan hal-hal yang terkandung didalamnya. Mencoba merekonstruksinya dengan pikiran yang mungkin sudah sehat dan mampu diajak berdialog dengan kaki konstruksi yang kokoh.

Frank Ocean pernah ngomong, “When you’re happy, you enjoy the music. But when you’re sad, you understand the lyrics.“ Dalam tulisan ini, omongan itu menjadi hal yang kontradiktif. Liriknya tidak begitu mewakili perasaan saat itu sebenarnya, karena memang masalah utama dalam layunya hubungan tidak seperti yang diceritakan dalam lirik tersebut. Namun, musik ini didengarkan berulang, hampir setiap hari, karena komposisi musiknya yang simple. Cukup untuk mewakili keinginan berteriak dalam keadaan yang sungguh.. ambyar. Coba bayangkan, musik dengan dasar 1 instrument, yaitu grand piano, yang biasanya digunakan untuk menyanyikan lagu-lagu anggun, diisi dengan paduan pecahan suara vocal 1 dan 2 yang saling bersautan, dan dibeberapa kesempatan, berteriak.

It was like something soft inside, trying to explode, expelling a thousand questions. Begitu kiranya kalau harus menggambarkan apa yang dirasakan ketika mendengarkan lagu itu, pada saat itu, dengan konstruksi pikiran yang terbangun dari hal-hal sosial disekitarnya. Tolong, jangan buat tulisan ini menjadi berat, dan menganalisisnya dengan teori-teori music semiology Kofi Agawu.

Jika lirik lagu ini ditelaah lebih dalam, anggapan paling muka yang tercipta adalah, penulis lirik mencoba membuatnya tertata, mulai dari awal perpisahan, sampai ketidakmampuan laki-laki yang ditinggalkan untuk kembali mencintai si perempuan, yang telah selingkuh, dan mengakuinya di anniversary ke 5. Sang lelaki yakin bahwa semuanya sudah terlambat, dan dirinya terlanjur tinggal dalam kesepian, walaupun ada bagian dirinya yang masih berharap, dalam rentang waktu tertentu perempuan itu akan kembali lagi padanya, dan cerita kembali berulang seperti yang diusahakan sebelumnya.

Hanya saja, semua sudah tertutup. Tangisan sang perempuan untuk meminta maaf atas apa yang sudah dilakukan pada laki-laki tersebut, hanya dibalas dengan harapan, agar perempuan tersebut mengerti, bahwa perasaannya telah terpecah dan tidak mungkin dapat dikembalikan seperti semula. Bahkan, ketika dirinya meninggalpun, perempuan tersebut bukanlah perempuan yang dia kenal sebelumnya.

Terlepas dari konteks alasan yang berbeda mengenai apa yang menyebabkan terjadinya perpisahan, lagu ini mendukung bahwa, manusia akan terus berkembang mengikuti lingkup sosial, yang mengkonstruksi manusia tersebut menjadi satu kesatuan utuh manusia, hingga suatu saat apabila dipertemukan kembali manusia tersebut telah upgrade atau bahkan downgrade.

Apapun alasan untuk berpisah, alasan kamu memilih teman setelah perpisahan, alasan kamu nongkrong dimana setelah perpisahan, alasan kamu mendengarkan lagu, makan, cara bekerja, berpakaian dll, yang mungkin pada saat itu dikaitkan dengan hal-hal yang dapat membuat kamu melupakan kesedihan, kedepannya akan membentuk kamu menjadi pribadi yang berbeda. Sehingga ekspektasi-ekspektasi untuk bersama kembali setelah rentang waktu tertentu harus menuang konsekuensi ketidaknyamanan didalamnya. Jangan kaget, apabila bertemu dengan orang yang pernah kita cintai sebelumnya, sekarang sudah berubah jauh dari ketika masih saling menjalin hubungan. Hal baik dan buruk yang dulu ada, mungkin tetap bahkan bertambah.

Yang perlu dipahami, apabila berintrospeksi lebih dalam lagi dari Three Cheers for Five Years ini adalah, kalian tidak sesuai dengan standard yang diinginkan sebagai pacar mereka. Either your too bad, or too good for themAnd if they came back to you, with all the bullshit that come through their mouth, you just ain’t good enough. They still have a picture about how, and even worse who they really wanted to be in their arms. And if you are the one, why that you two needs to broke up? Just ask your self, is it really your true love, or its just a bounce! Or maybe they correct, your the best. But, did they good enough?

“……yang saya percayai adalah saya sudah mencoba memberikan yang terbaik, disetiap kesempatan yang telah diberikan kepada saya ketika saya masih memiliki dia. Masalah saya menjadi yang terbaik atau bukan, itu bukan perkara.”

bawah

Mayday Parade

Tinggalkan komentar