"Pernah kau bertanya arah tujuan ku saat mulai mengasihi mu
kujawab dengan janji2 tuk menjadi kekasih yang terakhir mu"

Teh Anget – Paksiraras

Song :

Kenapa Teh Anget? Kenapa gak kopi atau jahe anget? Sesimple itu pertanyaan yang keluar dari kepala. Bukan sok dalem atau gimana, tapi, mungkin mas Paksi menganalogikan Teh Anget tersebut adalah dirinya, yang mampu memberikan kehangatan bagi senja menuju malam yang berkawan dan menawarkan dingin.

Teh, yang wangi, sedikit getir tak sepahit dan sekecut kopi ini berhenti pada senja, bercakap-cakap, memeluk, dan merawatnya. Terasa teh ini sungguh mencintai senja, hingga mau menurunkan egonya untuk mau diomeli dan dimarahi ketika dia gagal memahami keinginan senja. Terus selalu mencoba menghangatkan dinginnya senja dengan rayuan, lawakan, acting konyol gila, hanya untuk menghibur dan membuat senja kembali hangat.

Ini Gila! Terpikir apa yang dilakukan senja untuk hidangan utamanya setiap hari? Di siang hari, ‘hawa’ senja mampu mendinginkan pikiran yang tergodok panasnya hari. Senja yang silir, menentramkan hati dan menenangkan ujung-ujung jari kaki yang mungkin lelah dalam melangkah.

Teh dan senja, paduan pas.

Ehh tapi, jangan-jangan tulisan di atas hanya pikiran sok dalem atau gotak gatuk tok? Maafkan bila terasa sok menggurui.

Secara tak sengaja, lagu ini diperkenalkan oleh kawan yang sedang menggarap podcast dengan bintang tamu sang pelantun lagu. Sejak saat itu, lagu ini masuk dalam playlist pengantar tidur, atau teman bekerja dikala sore. Padahal lagu ini sudah dirilis 5 tahun lalu dan bisa jadi playlist garuk-garuk tanah waktu mellowdramatic menguasai jiwa.

Jahat sekali efek lagu ini, earworm! Melekat, memaksa untuk didengar terus menerus. Ada beberapa penjelasan logis, kenapa lagu ini bisa menjadi earworm bagi siapapun yang mendengarkannya.  Genre Jazz yang dipilih masih easy listening, bukan jazz yang terkesan ingin menonjolkan skill dari player dalam bandnya. Pembangunan ruang dalam musik ini, nampaknya menggunakan jenis reverb medium hall diberi sedikit delay, cukup untuk memberi kesan bahwa lagu ini merupakan pikiran yang mendalam bagi pencipta dan pelantun lagu ini. Keberadaan backing vocal dengan pecahan suaranya yang memberi penekanan pada beberapa bagian lirik yang penting, ritme apik yang dibuat oleh instrument bass, tapi tidak diboosting hingga overheard, dan warna keseluruhan dari lagu yang terkesan hangat, yang menonjolkan vocal tampil di depan dari semua instrument membalut lagu ini menjadi satu kesatuan utuh untuk dapat dinikmati bersama dengan kehangatan teh, di waktu senja menjemput malam.

Liriknya kuat banget, saking kuatnya bisa kembali mengingatkan perjuangan-perjuangan dalam menggapai senja masing-masing orang yang mendengarkan. Membawa hangat bagi memori-memori yang coba dilunturkan dengan berpuluh tegukan minuman keras yang harusnya bekerja untuk mendinginkan.

Kembali membawa ingatan ketika, kau bertanya arah tujuan ku saat mulai mengasihi mu. Kujawab dengan janji2 tuk menjadi kekasih yang terakhir mu. 

Janji yang luput untuk ditepati, seperti janji untuk meminum teh bersama di hari ini

maxresdefault

Paksi Raras Alit On Stage

Tinggalkan komentar